Pabrik Petrokimia Lotte Chemical diresmikan! Indonesia hemat Rp 23,2 triliun per tahun

Ilustrasi pabrik petrokimia
Ilustrasi pabrik petrokimia

Indonesia diperkirakan dapat menghemat sekitar US$1,4 miliar (sekitar Rp23,2 triliun) per tahun dari pengurangan impor petrokimia, setelah pabrik petrokimia terpadu Lotte Chemical Indonesia (LCI) resmi beroperasi di Cilegon, Banten. Informasi ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, pada Sabtu (1/11/2025).

Fasilitas tersebut, yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Jumat (31/10/2025), menjadi salah satu proyek industri terbesar di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$3,9 miliar (sekitar Rp64,6 triliun). Pembangunannya berlangsung lebih dari lima tahun, mencakup tahap persiapan lahan, perizinan, hingga rekayasa skala penuh.

Menurut Bahlil, proyek senilai US$3,9 miliar ini — yang melibatkan tim dari Korea Selatan dan Indonesia — telah menciptakan sekitar 40.000 lapangan kerja langsung dan tidak langsung sejak dimulai pada tahun 2022. Pada masa puncak konstruksi, jumlah pekerja di lokasi proyek mencapai lebih dari 17.000 orang.

Fasilitas tersebut telah memulai operasi komersial pada Oktober 2025, menandai tonggak penting dalam industrialisasi sektor petrokimia nasional.

Berdasarkan data perusahaan, pabrik ini memiliki kapasitas pengolahan 3.200 kiloton per tahun (KTA) bahan baku naphtha, di mana setengahnya dapat digantikan dengan liquefied petroleum gas (LPG).

Produk hulu yang dihasilkan antara lain:

  • Etilena: 1.000 KTA
  • Propilena: 520 KTA
  • Mixed C4: 320 KTA
  • Pyrolysis gasoline: 675 KTA
  • Pyrolysis fuel oil: 26 KTA
  • Hidrogen: 45 KTA

Sementara untuk produk hilir, kompleks ini menghasilkan:

  • High-Density Polyethylene (HDPE): 250 KTA
  • Linear Low-Density Polyethylene (LLDPE): 200 KTA
  • Polypropylene (PP): 350 KTA
  • Butadiene: 140 KTA
  • Raffinate: 180 KTA
  • Benzene, Toluene, dan Xylene (BTX): total 400 KTA

Menurut Bahlil, nilai produk hilir yang dihasilkan diperkirakan mencapai US$2 miliar (sekitar Rp33,1 triliun) per tahun, di mana sekitar 70 persen dari total produksi akan diserap oleh pasar domestik, sementara sisanya diekspor.

Produk yang dihasilkan dari kompleks ini akan menjadi bahan baku penting bagi berbagai industri nasional, seperti plastik, komponen otomotif, kabel, peralatan medis, karet, insektisida, dan cat.

Bahlil menegaskan bahwa program hilirisasi industri nasional kini tidak hanya berfokus pada sektor mineral dan batu bara, tetapi juga telah meluas ke industri berbasis minyak dan gas.

Selain mengurangi ketergantungan impor, beroperasinya pabrik ini juga diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia melalui peningkatan kapasitas produksi dalam negeri di sektor petrokimia.

(kurs konversi US$1 ≈ Rp 16.673)

Professional content writer, copywriter, and owner of TokoKata. Passionate blogger and SEO enthusiast. Practicing my bachelor's degree in accounting at the Indonesian Stock Exchange.