Selamat datang di TokoKata! Tempat belajar investasi dan memperluas wawasan dunia! Follow kami di Google News!

BRIS Cetak Laba Bersih Rp 1,71 Triliun Pada Q1 2024! Tumbuh Dua Digit, Begini Harga Wajarnya!

Bank Syariah Indonesia
foto: TokoKata

Bank Syariah Indonesia (IDX:BRIS) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,71 triliun pada Q1 2024, naik dua digit sebesar +17,07% yoy dibandingkan dengan Q1 2022 sebesar Rp 1,46 triliun.

Perolehan laba bersih ini setara dengan 25,57% estimasi analis laba bersih FY2024 sebesar Rp 6,7 triliun. Laba bersih tersebut juga setara dengan 26,15% target laba bersih berdasarkan guidance management BRIS untuk FY2024 sebesar Rp 6,6 triliun.

Dengan demikian, performa Q1 2024 BRIS telah sesuai dengan ekspektasi investor dan cenderung outperforming.

Baca juga: BRIS Undang Investor Untuk Hadiri RUPS: Ini Jadwal dan Lokasinya!

Faktor Pendorong Pertumbuhan Dua Digit BSI Q1 2024

Peningkatan pendapatan dari penyaluran dana menjadi faktor pendorong utama naiknya laba bersih Bank Syariah Indonesia (BRIS), naik +12,26% menjadi Rp 6,31 di Q1 2024 dari Rp 5,62 triliun di Q1 2023.

Selain itu, emiten dengan kode ticker BRIS ini berhasil meningkatkan fee-based income sebesar +12,91% yoy. Nilai pendapatannya di pos tersebut menjadi Rp 472,74 miliar.

Kemudian, BRIS juga menunjukkan adanya efisiensi biaya operasional yang turun hingga -10,22% yoy, menjadi Rp 2,11 triliun.

BRIS pada Q1 2024 mengakui beban impairment (beban CKPN) sebesar Rp 541,31 miliar, turun -27,85% yoy (Q1 2023: Rp 750,21 miliar).

Baca juga: Bank Rakyat Indonesia (IDX:BBRI) Raih Laba Bersih Rp 15,9 Triliun Pada Kuartal I 2024: Kualitas Aset Memburuk!

Kenaikan Pembiayaan dan DPK

Tangkapan layar laporan laba rugi BRIS kuartal I 2024.
Tangkapan layar laporan laba rugi BRIS kuartal I 2024.

Pertumbuhan BRIS yang mencapai dua digit ini ditopang oleh kualitas pembiayaan yang semakin membaik dan naiknya dana pihak ketiga (DPK) yang mendorong naiknya pembiayaan yang disalurkan.

Dari sisi fungsi intermediasi, pembiayaan BRIS naik +15,92% yoy menjadi Rp 246,54 triliun

Alhasil, aset Q1 2024 terkerek naik +14,25% yoy menjadi Rp 357,90 triliun (Q1 2023: Rp 313,25 triliun).

DPK BRIS juga terpantau tumbuh pesat, naik hingga +10,43% mencapai Rp 297,34 triliun yang didominasi oleh dana murah yang mencapai Rp180,96 triliun dan rasio CASA sebesar 60,86%.

Realisasi pertumbuhan pembiayaan dan DPK tersebut sesuai dengan financial guidelines untuk FY2024, masing-masing sebesar 15% dan 10%.

Kualitas pembiayaan yang disalurkan oleh BRIS juga terpantau makin membaik. NPL gross pada Q1 2024 tercatat berada di level 2,01%, turun signifikan dari Q1 2023 yang mencapai 2,36%.

Sementara itu, financing to deposit ratio (FDR) tercatat berada di level 83,05%.

Cash coverage BRIS juga telah naik +8,20% ke level 196,61%, membuat fondasi perseroan semakin kuat.

Pertumbuhan Mobile Banking BRIS 

BRIS mencatatkan jumlah pengguna BSI Mobile melonjak +29,35% yoy menjadi 6,7 juta orang pada kuartal I 2024.

BSI mobile mencatatkan jumlah transaksi sebanyak 118,5 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai Rp 145,1 triliun.

Jumlah nasabah yang membuka rekening secara online pun mencapai 93,6% dari nasabah baru BSI hingga Maret 2024. 

Hingga Maret 2024, Jumlah merchant QRIS mencapai 320.000, naik 80,84%, dengan jumlah transaksi mencapai 5,85 juta senilai Rp 551 miliar.

Untuk menjangkau masyarakat yang berada di daerah yang belum terdapat layanan bank sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi mikro, BSI terus memperluas jaringan BSI Agen. Sampai dengan Maret 2024 jumlah BSI agen mencapai 91.000 dengan total 5,7 juta transaksi dan volume sebesar Rp 13,2 triliun.

Update Harga Wajar BRIS Berdasarkan Data Kuartal I 2024

rekomendasi analis untuk saham BRIS

Pencapaian pertumbuhan yang memuaskan tersebut direspons positif oleh market.

Pada sesi perdagangan hari Selasa, 30 April 2024, saham BRIS ditutup di level 2.640, naik +5,18%. Kemudian, secara year-to-date harga saham BRIS telah naik hingga +51,72%.

Berdasarkan harga penutupan tersebut, PE Ratio (TTM) perseroan berada di level 20,46x. 

BRIS juga berhasil mencatat ekuitas (book value) sebesar Rp 40,56 triliun dan diprediksi akan menembus level Rp 50 triliun pada tahun 2025. Book value per share-nya menjadi Rp 879,15 dan saat ini saham BRIS diperdagangkan di area PBV 3.

Pada kuartal pertama, EPS BRIS mencapai Rp 37,01 per lembar, dan diproyeksikan akan mencapai Rp 148,03 per lembar untuk FY 2024 (annualized).

Kemudian, BRIS juga berhasil mencetak return on asset (ROA) sebesar 2,51% dan return on equity (ROE) sebesar 18,30%.

Total kapitalisasi pasar BRIS kini tercatat mencapai Rp 121,78 triliun dan menjadi emiten paling berharga ke-13 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai pasar BRIS saat ini telah melewati sejumlah emiten raksasa termasuk Unilever Indonesia (UNVR) dan Handala Manjaya Sampoerna (HMSP), dan tepat berada di belakang Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) dan Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP).

Terdapat 14 analis memberikan rating "Buy" dan 2 analis memberikan rating "Hold". Analis memberikan target terendah Rp 2.300 dan tertinggi Rp 3.400 dengan rata-rata Rp 2.737.

Opini Pribadi Mengenai Harga Wajar BRIS

Nomor antrian Bank Syariah Indonesia. (Foto: TokoKata)
Nomor antrian Bank Syariah Indonesia. (Foto: TokoKata)

Saya pribadi memilih untuk hold BRIS untuk jangka panjang dan hanya melakukan limited buy jika harga berada di area 2.470 hingga 2.500.

Pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang mencapai dua digit membuat BRIS semakin menarik untuk investasi jangka panjang. Pertumbuhan laba bersih dua kemungkinan akan berlanjut setidaknya hingga tahun depan, ditopang oleh kondisi fundamental yang kuat.

Harga saham BRIS saat ini memang bergerak di atas harga wajarnya. Namun, performa pertumbuhan yang luar biasa membuat BRIS layak menyandang valuasi premium.

Namun, investor harus waspada dengan kondisi perekonomian AS, tensi geopolitik, dan pelemahan rupiah yang berpotensi memicu foreign outflow.

BI-rate yang naik ke level 6,25% juga berpotensi menjadi penghalang pertumbuhan BRIS. Pengetatan pengucuran kredit dan naiknya cost of fund dapat menekan net interest margin (NIM).

Pada Q1 2024, NIM BRIS turun ke level 5,38% (Q1 2023: 6,04%).

Investor juga perlu memperhatikan Cost-to-Income ratio (CIR), yang naik ke level 47,77% (Q1 2023: 46,91%), mengindikasikan adanya inefisiensi.

Tingginya suku bunga dikhawatirkan bisa berpotensi memperburuk kualitas pembiayaan.

Meskipun demikian, CASA BRIS yang berada diposisi yang baik, dan tabungan Wadiah yang memiliki cost rendah (0%) bisa menjadi tameng menghadapi ketatnya kebijakan moneter.

Baca juga: Harga Emas Capai Level Tertingginya Didorong Oleh Tiga Sentimen Ini! Saham ANTM Laris Manis

Tentang Penulis

Shoffan M. adalah seorang lulusan Sarjana Akuntansi dari Universitas Jenderal Soedirman yang saat ini bekerja sebagai content writer di sebuah perusahaan swasta. Dia juga merupakan seorang investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pengamat perkembangan pasar modal Indonesia. Follow penulis di Stockbit!

Disclaimer

Penyebutan nama saham tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus, buruk, atau pun rekomendasi jual, beli, atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja masa lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. 

Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. 

Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi. Penulis tidak menanggung kerugian dan tidak bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi akibat dari membaca artikel ini.

Professional content writer, copywriter, and owner of TokoKata. Passionate blogger and SEO enthusiast. Practicing my bachelor's degree in accounting at the Indonesian Stock Exchange.