Indonesia Investment Authority (INA) Untung Rp 5,42 Triliun Pada Tahun Buku 2024: Naik +26% YoY!
![]() |
Belawan New Container Terminal (BNCT) dibiayai oleh INA. (foto: ina.go.id) |
Indonesia Investment Authority (INA), atau Lembaga Pengelola Investasi, berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 5,42 triliun selama tahun 2024, naik +26,17% year-on-year (vs. FY23: Rp 4,29 triliun).
Kenaikan perolehan laba tersebut tidak lepas dari kenaikan pendapatan dividen dan pendapatan bunga serta beban investasi yang berhasil ditekan dengan signifikan.
Selama tahun 2024, pendapatan dividen INA mencapai Rp 5,26 triliun naik +47,75% year-on-year (vs. FY23: Rp 3,56 triliun).
Baca juga: Naik 10,05%, Laba BSI (BRIS) Jadi Rp 1,87 Triliun di Q1 2025: Lanjut Tumbuh Double Digit!
Pendapatan dividen tersebut berasal dari Bank Mandiri (BMRI), BRI (BBRI), dan PT Tanam Investasi Indonesia yang masing-masing mencapai Rp 2,64 triliun, Rp 2,49 triliun, dan Rp 125,10 miliar.
Pendapatan bunga INA selama tahun 2024 mencapai Rp 1,67 triliun naik +29,45% (vs. FY23: Rp 1,29 triliun).
Namun, kenaikan pendapatan INA tersebut harus dikurangi oleh kerugian yang belum direalisasikan atas perubahan nilai wajar investasi di subholding yang mencapai Rp 1,17 triliun. Pos tersebut sebelumnya justru mencatatkan keuntungan hingga Rp 457,61 miliar pada FY23.
Hal tersebut diakibatkan oleh adanya penurunan signifikan nilai wajar investasi di subholding PT Akar Investasi Indonesia. Entitas ini bergerak di bidang investasi sektor kesehatan.
Total pendapatan INA selama FY24 mencapai Rp 5,91 triliun, naik +9,24% (FY23: Rp 5,41 triliun)
Sementara itu beban investasi INA pada tahun 2024 mengalami penurunan hingga -56,60% dari Rp 237,91 miliar pada FY23 menjadi Rp 103,23 miliar pada FY24.
Perlu dicatat bahwa sebagai entitas investasi, INA tidak mengkonsolidasikan subholdingnya sehingga penerimaan dividen dan perubahan nilai wajar dibukukan dalam laporan laba rugi.
Baca juga: Laba Sido Muncul (SIDO) Q1 2025 Cuma Rp 232,94 miliar, Turun -40%! Penjualan Jamu Anjlok
Dari segi arus kas, selama tahun 2024, performa INA terlihat sangat baik. Kas yang diterima dari aktivitas operasional mencapai Rp 4,65 triliun (FY23: Rp 700 miliar).
Dengan demikian, per Desember 2024, kas dan setara kas INA mencapai Rp 12,76 triliun, naik 56% (FY23: Rp 8,18 triliun). Sebagian besar kas INA ditempatkan di deposito berjangka 3 bulan.
Aset INA mengalami kontraksi -5,16% dari Rp 116,86 triliun pada FY23 menjadi Rp 110,82 triliun pada FY24. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan nilai wajar atas investasi di saham BMRI dan BBRI.
Perlu diketahui bahwa INA memiliki saham BMRI dan BBRI masing-masing sebesar 8% dan 3,63%. Saham kedua bank tersebut mengalami penuruan selama tahun 2024.
Sementara itu liabilitas dan ekuitas INA relatif terjaga selama tahun 2024, masing-masing sebesar Rp 3,27 triliun (FY23: Rp 3,13 triliun) dan Rp 107,54 triliun (FY23: Rp 113,72 triliun).
INA telah perpartisipasi dalam beberapa proyek strategis, di antaranya:
- Pembangunan tol Trans Java ruas Kanci-Pejagan dan Pejagan-Pemalang
- Belawan New Container Terminal
- Pembangunan tol Trans Sumatra Toll ruas Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar
- Mendanai IPO Pertamina Geothermal (PGEO) dan Mitratel (MTEL)
- Mendanai Traveloka
- Partnership dengan SK Plasma untuk membangun plasma fractionation facility
- Partneship dengan Pertamina Bina Medika IHC
- Investasi dalam pengembangan apotek Kima Farma
Sumber: Laporan Keuangan Indonesia Investment Authority tanggal 31 Desember 2024
Baca juga: IPCM Cetak Laba Bersih Rp 44,23 miliar di Q1 2025, Naik 14,85% YoY: Pelabuhan Ramai!
Gabung dalam percakapan